TUGAS MANDIRI
MODUL 3.1
YULI FITRIA,S.Pd.,Gr. CGP.A 7 ACEH BESAR
STUDI KASUS :
Pak
Seto adalah Kepala Sekolah sebuah sekolah dasar. Ia memiliki 2 guru kelas V
yang berbeda cara mengajarnya. Ibu Tati guru kelas VA dan Ibu Sri guru kelas
VB. Ibu Tati terkenal sebagai guru ‘galak’, namun pada saat yang sama, nilai
rata-rata murid-muridnya sangat baik. Sehingga sifat keras Ibu Tati masih
dianggap sesuai, demi mencapai hasil yang baik dari murid-muridnya. Sedang Ibu
Sri adalah guru yang sabar dan tenang, namun ada beberapa muridnya yang
memiliki nilai di bawah KKM. Suatu hari Ibu Sri datang ke ruangan Pak Seto
selaku kepala sekolah, dan mengadukan perbuatan Ibu Tati yang menghukum salah
satu muridnya di tengah terik matahari, berlutut di semen lapangan basket
karena tidak membuat pekerjaan rumah. Ibu Sri sangat khawatir karena
murid tersebut sudah menangis, namun sepertinya Ibu Tati tetap mengajar di
dalam kelas seperti biasa, karena menganggap menjemur anak di terik matahari
adalah hukuman pantas karena tidak mengerjakan pekerjaan rumah. Bila Anda
adalah Pak Seto sebagai kepala sekolah, apa yang akan Anda lakukan? Pendekatan
apa yang ambil? Dasar pemikiran apa yang melatar belakangi keputusan Anda?
Assalamualaikum wr.wb
Saya selaku Calon Guru Penggerak untuk memenuhi tugas,
ingin menanyakan beberapa pendapat terhadap kasus ibu Tati tersebut diatas.
Sebelumnya saya mengucapkan terimakasih kepada Ibu jasmani, Ibu nurliani dan
Ibu eva yang telah bersedia untuk meluangkan waktunya untuk saya wawancara.
Materi pengambilan keputusan, terkait dengan dilema-dilema etika yang terjadi
dalam tugas kita selaku guru.
Nah pertanyaannya adalah apa yang harus Ibu jasmani
lakukan dari kasus dari itu tadi dan apakah guru lain dapat menginteruksi,
dimana saat itu ada guru yang memiliki wewenang atas kelas yang dipimpinnya dan
dalam kondisi ini, Apa yang bisa dilakukan dan dapatkah ibu jasmani
mengintruksinya? Mengapa? dan bagaimana?
Kalau menurut saya sebagai rekan kerja dari ibu Tati pada
saat itu kan cerita disitu bahwa kelas saya berdampingan pas dengan kelasnya
Ibu Tati. Kalau yang saya lihat dengan sikap sosial yang ada. Ada lebih baik
saya tidak langsung menegur tapi melihat keadaan dan kondisinya saja, pertama
saya berkoordinasi dulu dengan Ibu apa yang terjadi. Bagaimana dengan kesalahan
siswa dan kemudian baru saya bisa mengetahui apakah ini layak atau tidak karena
setelah saya baca mungkin ceritanya mengandung Malang ya istilahnya karena
anaknya katanya sudah minta maaf. Jadi kalau anak kelas 5 SD itu menurut saya
belum bahkan tak selayaknya mendapatkan hukuman seperti itu. Itu ukurannya
terlalu keras kalau menurut saya.
(yuli)
Baik terima kasih atas tanggapan atau jawaban dari studi
kasus yang pertama ini yang bisa saya ambil catatan disini terkait dengan apa
yang ibu Jasmani lakukan dari kasus ini
adalah langsung berkoordinasi dengan Ibu Tati menanyakan terkait dengan apa
yang dilakukan oleh bu Tati itu wajar atau tidak bisa diterima atau tidak,
berarti itu langsung mengarah kepada menginstruksi selaku rekan kerja. Dan
kira-kira Apakah ini sebuah hukuman yang layak atau tidak kepada siswa yang baru
kelas 5 dan pastinya ibu Jasmani memandang itu bahwa
hukumannya terlalu berat karena harus berlutut di semen lapangan basket yang
pada saat itu panas terik. Kemudian siswanya menangis pastinya kalau siswanya
menangis itu mengganggu kelasnya ibu Jasmani. Jadi demikian yang bisa saya garis bawahi terkait
dengan jawaban dari studi kasus ini.
1. Yang saya harus lakukan pertama kali adalah bertanya
pada anak tersebut yang menangis, tentang mengapa dia sampai dihukum di luar
kelas. Jika misalnya ia melakukan hal buruk yang memang membuat dia pantas
dihukum (misalnya mencuri barang teman atau bertengkar sampai membuat teman
terluka) maka saya akan menasihati anak tersebut tentang perbuatannya dan
menyetujui cara Ibu Tati menghukum muridnya. Sedangkan jika ia melakukan hal
yang memang seharusnya berlebihan untuk dihukum di luar kelas seperti itu
(misalnya ia hanya mengunyah permen karet atau melempar sebuah kertas di kelas)
maka saya akan berpikir untuk menginterupsi di kelas Ibu Tati karena menghukum
seorang anak seperti itu dirasa berlebihan karena hal tersebut hanya perlu
nasihat singkat saja bagi si anak.
2. Menurut saya bisa, karena tangisan anak tersebut bisa
mengganggu pembelajaran anak kelas lain sekaligus anak kelas Ibu Tati.
3. Jika memang kesalahan anak tersebut berat (mencuri,
merundungi teman, bertengkar) maka saya akan meminta Ibu Tati untuk membawa
anak tersebut ke ruang BK saja, namun jika kesalahan anak tersebut ringan
(contohnya tidak membawa buku pelajaran dan melempar sebuah kertas) maka saya
akan meminta Ibu Tati agar anak tersebut dinasihati saja atau dihukum ringan
(melakukan piket sepulang sekolah atau tugas tambahan).
4. Saya bisa menginterupsi kelas Ibu Tati dengan alasan
anak tersebut mengganggu pembelajaran kelas lainnya, lalu cara selanjutnya saya
meminta Ibu Tati membawa anak ke BK (jika kesalahan berat) atau memasukkan lagi
ke dalam kelas dan melakukan hukuman sepantasnya.
3.Tanggapan dari ibu Eva
Menurut saya sangat tidak setuju dengan tindakan ibu Tati
yang terlalu berat kepada anak seusia kelas 5 SD. Karena kesalahan dia hanya
tidak mengerjakan (PR). Saran saya kepada Ibu Tati untuk mencoba mengajak
bicara secara baik-baik kepada anak tersebut, mungkin saja dia tidak sempat
mengerjakan PR karena ada masalah di rumah atau halangan lainnya. Jadi sangat
tidak pantas seorang guru langsung menghukum siswa yang berbuat kesalahan
kecil. Tapi berusaha berbicara terlebih dahulu dari hati ke hati agar lebih
paham tentang kondisi siswanya.
(Yuli)
Terimakasih kepada ketiga rekan saya yang telah membantu memberi tanggapan terhadap kasus yang dialami ibu Tati. Semoga semua ini bermanfaat untuk kita.
Assalamualaikum wr.wb
mantap bu yuli ...semangat yang luar biasa...
ReplyDeleteluar biasa bu yuli
ReplyDelete